Komponen-komponen
Lampu SON :
Lampu SON-T 150 W atau 70 W : 1 Buah
Trafo : 1 Buah
·
Ignitor : 1 Buah
·
Kabel NYM 2
x 2,5 mm :
1 Meter
·
Kabel NGA 2,5 :
1 Meter
·
Fitting : 1 Buah
·
MCB : 2A
·
Isolasi : 1 Buah
·
Baut dan Mur
pada Stang :
2 Pasang
·
Stang lampu
jalan :
1 Buah
·
Box MCB : 1 Buah
·
Begol : 1 Buah
·
Kap Lampu
Jalan :
1 Buah
Langkah Kerja Pemasangan Lampu Jalan
:
Kabel
NYM 2 x 2,5 mm di potong sepanjang 1 meter, salah satu ujungnya di kupas, untuk
fasa digunakan warna biru sedangkan netral warna hitam, setelah itu kabel-kabel
fasa dihubungkan ke trafo, kemudian keluarlah fasanya dihubungkan ke ignitor
dengan menggunakan kabel NGA, pada ignitor kabel fasa di kopel untuk
dihubungkan ke fitting.
Untuk
netral (N) nya langsung di hubungkan ke ignitor tanpa melalui trafo, pada
ignitor kabel netral di kopel untuk dihubungkan ke fitting. Setelah kabel fasa
dan netral sudah dihubungkan ke fitting hubungan salah satu kabel NGA keluaran
dari trafo ke ignitor.
Untuk Lebih jelasnya :
- Masukkan kabel NYM 2 x 2,5 sepanjang 1 meter ke dalam lobang stang tempat meletakkan kap lampu, lalu masukkan kap lampu ke ujung stang.
- Buka penutup kap lampu tempat meletakkan trafo dan buka kaca kap lampu tersebut, pasanglah fitting sesuai dengan ukuran lampu HPL yang akan di gunakan.
- Setelah selesai rangkailah trafo dengan menggunakan kabel sesuai dengan gambar rangkaian yang ada.
- Kemudian pasang baut trafo yang sudah ada di dalam kap lampu, kemudian pasang lah bola lampu tipe HPL yang akan di gunakan,
- Periksa kembali hasil pemasangan, lalu jika sudah benar tutuplah kap lampu dengan baut yang telah ada dan pasang kaca kap lampu.
- Periksakan rangkaian dengan menggunakan arus listrik jika telah menyala, maka lampu siap di pasang di tiang listrik.
- Letakkan begol, baut, dan mur di satang lampu tersebut tempat begol di atas dan dibawah, dan jangan dipasang langsung agar pada saat di tiang tidak perlu membukanya lagi
- Apabila lampu jalan sudah di pasang dengan baik dan benar, maka gunakan MCB 2A untuk menyalakan atau memadamkan lampu yang sudah tersambung dengan kabel TR (Tegangan Rendah) dan MCBnya di pasang di tiang dengan ketinggian 1,5 meter di atas tanah.
3.5. KWH
Meter
KWH
Meter merupakan kepanjangan dari (Kilo Watt Hours) yaitu digunakan sebagai alat
untuk mengukur pemakaian energi Listrik pada BOX lampu jalan, terdiri dari
beberapa komponen. Termasuk diantaranya adalah KWH Meter. Digunakan untuk
pemakaian energi listrik dari lampu jalan. KWH berdasarkan fasanya dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a.
KWH Meter 1
fasa
b.
KWH Meter 3
fasa
Kwh meter mempunyai beberapa
komponen, diantaranya :
1.
Kumparan
Arus
2.
Kumparan
Tegangan
3.
Piringan
Dial
4.
Counter
(Hitungan Putaran)
5.
Komponen
Magnet Lainnya
3.6.
Komponen Penerangan Jalan Umum (PJU) Yang Digunakan
Adalah Sebagai Berikut :
- Trafo : adalah sebuah komponen yang digunakan
untuk menaikan atau menurunkan tegangan.
- Time Switch : adalah Saklar yang
bekerja atas dasar prinsip
waktu untuk mengendalikan atau
menghidupkan lampu PJU.
-. Ignitor : pemberi tegangan kejut dalam kontraktor
pada
proses penerangan lampu jalan.
-. Magnet : adalah saklar yang bekerja atas dasar
prinsip
Magnet.Kontaktor
3.7. Langkah Kerja Pemasangan Lampu SON
-. Siapkan alat dan bahan
-. Hubungan Kabel fasa ke Trafo
-. Keluarkan dari Trafo dihubungkan ke Ignitor
-. Dari Ignitor Fasa di Kopel untuk dihubungkan
ke Fitting
-. Untuk Netral langsung dihubungkan ke Ignitor tanpa melalui Trafo
3.8.
Gambar Rangkaian Pemasangan Lampu SON 150 Dan SON 70 /
Dalam bidang penerangan, lampu fluorescent
atau dikenal juga dengan lampu TL telah digunakan secara luas baik di dalam
industri maupun digunakan oleh rumah tangga. Lampu jenis fluorescent atau lampu
TL merupakan jenis lampu yang paling banyak digunakan dari semua jenis lampu
yang mempunyai prinsip kerja yang sama yaitu pelepasan muatan listrik.
Lampu fluorescent merupakan lampu jenis lampu yang cukup efisien dalam mengubah energi listrik menjadi energi cahaya, terutama jika dibandingkan dengan lampu jenis kawat pijar. Tetapi dengan semakin mahalnya harga energi listrik , akhir–akhir ini telah banyak diperkenalkan lampu–lampu jenis fluorescent dengan berbagai bentuk dan ukuran yang ternyata cukup hemat akan penggunaan energi listrik. Salah satunya adalah lampu fluorescent dengan ballast kumparan berinti besi.
Lampu fluorescent adalah lampu dengan yang prinsip kerjanya dalam mengubah energi listrik menjadi energi cahaya berdasarkan pada berpendarnya radiasi ultra violet pada permukaan yang dilapisi dengan serbuk fluorescent misalnya jenis phospor. Radiasi ultra violet akan terjadi bilamana elektron–elektron bebas hasil dari emisi elektron pada elektroda bertumbukan dengan atom–atom gas yang terdapat dalam tabung pelepas muatan.
Agar elektroda–elektroda dapat memancarkan elektron, maka perlu bagi elektroda untuk mendapatkan mekanisme pembantu proses tersebut. Pada lampu fluorescent biasa, maka proses emisi elektron ini dilakukan dengan proses pemanasan elektroda–elektroda terlebih dahulu, proses ini dilakukan oleh alat yang kita kenal dengan nama starter (penganjak). Untuk dapat menyala maka lampu tabung fluorescent memerlukan tegangan yang cukup tinggi yaitu kurang lebih 400 Volt, jadi tegangan ini jauh lebih tinggi dari tegangan jala–jala yang tersedia, oleh karena itu fungsi starter selain membantu memanaskan elektroda, juga berfungsi sebagai alat untuk menciptakan tegangan penyalaan bagi lampu.
Jika penyalaan telah selesai dilakukan, arus listrik akan mengalir melalui tabung lampu fluorescent, dan karena tegangan pada starter lebih besar sehingga bimetal pada starter akan terbuka. Oleh karena lampu fluorescent memiliki karakteristik arus - tegangan negatif, artinya tegangan pada lampu akan turun bila arus naik dan sebaliknya tegangan pada lampu akan naik bila arus turun, maka setelah proses penyalaan berlangsung, arus yang lewat pada tabung akan naik sampai tegangan kerja pada lampu tercapai. Tegangan ini jauh lebih rendah dari tegangan jala–jala.
Untuk memelihara tegangan kerja inilah maka pada lampu jenis fluorescent digunakan alat bernama ballast. Fungsi utama dari ballast adalah membatasi besar arus dan mengoperasikan lampu pada karakteristik listrik yang sesuai.
Seperti yang telah dijelaskan didepan, lampu fluorescent banyak digunakan oleh masyarakat karena apabila dibandingkan dengan lampu jenis pijar, maka lampu jenis fluorescent tampak mempunyai efisiensi yang lebih tinggi yaitu dengan besar daya yang sama, diperoleh kuat penerangan yang lebih besar, selain itu pada lampu jenis pijar, banyak energi listrik yang diubah menjadi energi panas saja.
Walaupun lampu jenis fluorescent mempunyai efisiensi lebih tinggi dari pada lampu jenis pijar, tetapi lampu ini masih mempunyai kerugian – kerugian yang cukup berarti yaitu :
Harga lebih mahal, hal ini tidak terlalu menjadi masalah, sebab masih terjangkau oleh masyarakat kalangan tertentu. Memerlukan ballast, dengan adanya ballast ini akan menimbulkan kerugian daya pada ballast sendiri, yang kerugian cukup besar, dan juga rendahnya harga faktor kerja ( Cos φ ) karena pada lampu jenis fluorescent yang konvensional digunakan ballast jenis induktor ( kumparan ).
Karena semakin mahalnya energi listrik, maka dimulailah beberapa cara untuk menghemat energi listrik, sehingga semakin banyak misalnya digunakan lampu – lampu jenis tabung fluorescent karena dianggap lebih efisien dalam mengubah energi listrik menjadi energi cahaya, tetapi kendala timbul setelah digunakan dalam jumlah yang banyak dan beban yang cukup besar mengakibatkan menurunya faktor daya sumber yang berakibat tidak tercapainya jumlah beban dan jumlah daya tersedia dari sumber, akibatnya penggunaan lampu jenis ini akan menurunkan jumlah daya yang tersedia dari sumber, juga kesulitan lain berupa sulit menyala dengan normal pada saat terjadi beban puncak dan menurunya tegangan sumber.
Untuk mengatasi hal ini maka penggunaan lampu jenis fluorescent yang tetap dapat dioperasikan seimbang antara jumlah beban (jumlah lampu) dengan jumlah daya yang tersedia dari sumber. Dengan kata lain kita berusaha agar daerah atau rentangan beban (lampu TL) yang masuk pada sistem mempunyai faktor daya lebih tinggi mendekati faktor daya dari sumber agar tercapai efisiensi penggunaan daya listrik, sehingga akan sama atau mendekati sama antara daya nominal beban dengan daya nominal sumber.
Lampu fluorescent merupakan lampu jenis lampu yang cukup efisien dalam mengubah energi listrik menjadi energi cahaya, terutama jika dibandingkan dengan lampu jenis kawat pijar. Tetapi dengan semakin mahalnya harga energi listrik , akhir–akhir ini telah banyak diperkenalkan lampu–lampu jenis fluorescent dengan berbagai bentuk dan ukuran yang ternyata cukup hemat akan penggunaan energi listrik. Salah satunya adalah lampu fluorescent dengan ballast kumparan berinti besi.
Lampu fluorescent adalah lampu dengan yang prinsip kerjanya dalam mengubah energi listrik menjadi energi cahaya berdasarkan pada berpendarnya radiasi ultra violet pada permukaan yang dilapisi dengan serbuk fluorescent misalnya jenis phospor. Radiasi ultra violet akan terjadi bilamana elektron–elektron bebas hasil dari emisi elektron pada elektroda bertumbukan dengan atom–atom gas yang terdapat dalam tabung pelepas muatan.
Agar elektroda–elektroda dapat memancarkan elektron, maka perlu bagi elektroda untuk mendapatkan mekanisme pembantu proses tersebut. Pada lampu fluorescent biasa, maka proses emisi elektron ini dilakukan dengan proses pemanasan elektroda–elektroda terlebih dahulu, proses ini dilakukan oleh alat yang kita kenal dengan nama starter (penganjak). Untuk dapat menyala maka lampu tabung fluorescent memerlukan tegangan yang cukup tinggi yaitu kurang lebih 400 Volt, jadi tegangan ini jauh lebih tinggi dari tegangan jala–jala yang tersedia, oleh karena itu fungsi starter selain membantu memanaskan elektroda, juga berfungsi sebagai alat untuk menciptakan tegangan penyalaan bagi lampu.
Jika penyalaan telah selesai dilakukan, arus listrik akan mengalir melalui tabung lampu fluorescent, dan karena tegangan pada starter lebih besar sehingga bimetal pada starter akan terbuka. Oleh karena lampu fluorescent memiliki karakteristik arus - tegangan negatif, artinya tegangan pada lampu akan turun bila arus naik dan sebaliknya tegangan pada lampu akan naik bila arus turun, maka setelah proses penyalaan berlangsung, arus yang lewat pada tabung akan naik sampai tegangan kerja pada lampu tercapai. Tegangan ini jauh lebih rendah dari tegangan jala–jala.
Untuk memelihara tegangan kerja inilah maka pada lampu jenis fluorescent digunakan alat bernama ballast. Fungsi utama dari ballast adalah membatasi besar arus dan mengoperasikan lampu pada karakteristik listrik yang sesuai.
Seperti yang telah dijelaskan didepan, lampu fluorescent banyak digunakan oleh masyarakat karena apabila dibandingkan dengan lampu jenis pijar, maka lampu jenis fluorescent tampak mempunyai efisiensi yang lebih tinggi yaitu dengan besar daya yang sama, diperoleh kuat penerangan yang lebih besar, selain itu pada lampu jenis pijar, banyak energi listrik yang diubah menjadi energi panas saja.
Walaupun lampu jenis fluorescent mempunyai efisiensi lebih tinggi dari pada lampu jenis pijar, tetapi lampu ini masih mempunyai kerugian – kerugian yang cukup berarti yaitu :
Harga lebih mahal, hal ini tidak terlalu menjadi masalah, sebab masih terjangkau oleh masyarakat kalangan tertentu. Memerlukan ballast, dengan adanya ballast ini akan menimbulkan kerugian daya pada ballast sendiri, yang kerugian cukup besar, dan juga rendahnya harga faktor kerja ( Cos φ ) karena pada lampu jenis fluorescent yang konvensional digunakan ballast jenis induktor ( kumparan ).
Karena semakin mahalnya energi listrik, maka dimulailah beberapa cara untuk menghemat energi listrik, sehingga semakin banyak misalnya digunakan lampu – lampu jenis tabung fluorescent karena dianggap lebih efisien dalam mengubah energi listrik menjadi energi cahaya, tetapi kendala timbul setelah digunakan dalam jumlah yang banyak dan beban yang cukup besar mengakibatkan menurunya faktor daya sumber yang berakibat tidak tercapainya jumlah beban dan jumlah daya tersedia dari sumber, akibatnya penggunaan lampu jenis ini akan menurunkan jumlah daya yang tersedia dari sumber, juga kesulitan lain berupa sulit menyala dengan normal pada saat terjadi beban puncak dan menurunya tegangan sumber.
Untuk mengatasi hal ini maka penggunaan lampu jenis fluorescent yang tetap dapat dioperasikan seimbang antara jumlah beban (jumlah lampu) dengan jumlah daya yang tersedia dari sumber. Dengan kata lain kita berusaha agar daerah atau rentangan beban (lampu TL) yang masuk pada sistem mempunyai faktor daya lebih tinggi mendekati faktor daya dari sumber agar tercapai efisiensi penggunaan daya listrik, sehingga akan sama atau mendekati sama antara daya nominal beban dengan daya nominal sumber.
TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA
SILAHAKAN TINGGALKAN JEJAK
9 komentar:
terimakasih banyak gan informasinya
salam Rajalistrik.com
terima kasih informasinya sangat membantu dalam upaya mencerdaskan anak bangsa
Hal ini sungguh sangat bermanfaat sekali, terimakasih telah mau berbagi...
ijin share juga yah sahabat, Pilihan Gambar Garasi Mobil Rumah Minimalis, rumahminimalisok.com, semoga bermanfaat terimakasih.
Nice info gan
Jual Lampu PJU https://goo.gl/WUchH6
makasih infonya gan.
salam.
Lampu LED cuma Rp 20rb, www.lampuutama.com
Ashiaaaap..... @yanieartik
Thank infonya
Gunakan Tiang dan Lampu PJU untuk Penerangan yang dijual oleh supplier tiang pju PT. Agung Bersama Indonesia
gunakan tiang lampu yang diproduksi oleh supplier tiang pju
Posting Komentar